Tips Kesehatan, Jakarta - Belakangan ini, Putri suka merasa gatal-gatal dan mengeluh sakit saat buang air kecil. Mendengar rintihan sang buah hati, tanpa pikir panjang Moms segera berkonsultasi kepada dokter terdekat agar tahu apa yang tengah dirasakan Putri kesayangannya. Mungkinkah rasa gatal dan sakit saat buang air kecil pertanda si kecil terinfeksi jamur? Mau tahu lebih jelasnya, yuk simak paparan berikut ini.
Penyebab Candida
Infeksi akibat jamur dapat terjadi pada setiap wanita tak terkecuali pada anak-anak perempuan. Setiap wanita yang pernah mengalaminya akan merasakan sakit dan tidak nyaman seperti yang pernah dialami sendiri oleh putri kesayangan dr Dewi Inong Irana SpKK, spesialis kulit kelamin RSIA Permata Cibubur, saat berusia 6 tahun.
Menurutnya, infeksi jamur yang acapkali menyerang anak-anak adalah candida yang sebenarnya floral normal yang terdapat di daerah kelamin. Namun, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya infeksi oleh candida, di antaranya:
1. Kelembapan dan kehangatan. Jika lingkungan sekitarnya potensial menimbulkan lembap dan hangat. Pada anak-anak bisa terjadi jika setelah buang air kecil langsung mengenakan celana dalam tanpa dilap terlebih dulu. Itulah yang menyebabkan daerah di luar vagina menjadi lebih lembap.
2. Akibat gangguan sistem kekebalan tubuh.
3. Pemakaian obat-obatan antibiotika. Mengonsumsi antibiotika justru membunuh bakteri dalam keadaan normal yang terdapat dalam jaringan sehingga pertumbuhan candida tidak terkendali.
4. Bahan-bahan yang digunakan untuk celana dalam tidak mudah menyerap, seperti bahan lycra atau pospak dengan daya serap rendah, apalagi kalau jarang diganti.
5. Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca-pencangkokan organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.
6. Dan yang mungkin tak Anda duga: obesitas. Ya, jaringan tubuh yang menggelambir di sekitar pangkal paha membuat lingkungan yang berpotensi menimbulkan infeksi candida.
Gejala-gejala
Pada kesempatan terpisah, Prof DR dr Siti Aisyah SpKK, pakar spesialis kulit dan kelamin dari FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo mengungkapkan bahwa gejalanya bisa bervariasi bergantung pada bagian tubuh yang terkena infeksi tersebut.
Infeksi pada lipatan kulit
Infeksi ini terdapat pada lipatan kulit atau pusar dan biasanya menyebabkan ruam kemerahan, acapkali disertai adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan. Bisa timbul bisul-bisul kecil utamanya di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan gatal atau rasa panas. Sementara di sekitar anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal. Gejala seperti umumnya dialami bayi-bayi yang mengenakan diaper. Selain lembab, minimnya kebersihan pospak jika tidak segera diganti dengan yang baru.
Infeksi vagina (vulvovaginitis)
Sering ditemukan pada wanita hamil, pengidap diabetes, atau pemakai antibiotika. Gejalanya dengan keluarnya lendir yang berbentuk kepala susu dari vagina dan berbau yang disertai dengan rasa panas, gatal dan kemerahan disepanjang dinding dan daerah luar vagina. Gejala lainnya; nyeri di vagina, rasa terbakar pada vulva (bagian luar vagina), serta nyeri saat berkemih. Tapi tak menutup kemungkinan, anak-anak perempuan bisa mengalaminya akibat kurang memerhatikan faktor kebersihan termasuk air yang digunakan saat menggunakan toliet umum. [okezone]
Penyebab Candida
Infeksi akibat jamur dapat terjadi pada setiap wanita tak terkecuali pada anak-anak perempuan. Setiap wanita yang pernah mengalaminya akan merasakan sakit dan tidak nyaman seperti yang pernah dialami sendiri oleh putri kesayangan dr Dewi Inong Irana SpKK, spesialis kulit kelamin RSIA Permata Cibubur, saat berusia 6 tahun.
Menurutnya, infeksi jamur yang acapkali menyerang anak-anak adalah candida yang sebenarnya floral normal yang terdapat di daerah kelamin. Namun, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya infeksi oleh candida, di antaranya:
1. Kelembapan dan kehangatan. Jika lingkungan sekitarnya potensial menimbulkan lembap dan hangat. Pada anak-anak bisa terjadi jika setelah buang air kecil langsung mengenakan celana dalam tanpa dilap terlebih dulu. Itulah yang menyebabkan daerah di luar vagina menjadi lebih lembap.
2. Akibat gangguan sistem kekebalan tubuh.
3. Pemakaian obat-obatan antibiotika. Mengonsumsi antibiotika justru membunuh bakteri dalam keadaan normal yang terdapat dalam jaringan sehingga pertumbuhan candida tidak terkendali.
4. Bahan-bahan yang digunakan untuk celana dalam tidak mudah menyerap, seperti bahan lycra atau pospak dengan daya serap rendah, apalagi kalau jarang diganti.
5. Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca-pencangkokan organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.
6. Dan yang mungkin tak Anda duga: obesitas. Ya, jaringan tubuh yang menggelambir di sekitar pangkal paha membuat lingkungan yang berpotensi menimbulkan infeksi candida.
Gejala-gejala
Pada kesempatan terpisah, Prof DR dr Siti Aisyah SpKK, pakar spesialis kulit dan kelamin dari FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo mengungkapkan bahwa gejalanya bisa bervariasi bergantung pada bagian tubuh yang terkena infeksi tersebut.
Infeksi pada lipatan kulit
Infeksi ini terdapat pada lipatan kulit atau pusar dan biasanya menyebabkan ruam kemerahan, acapkali disertai adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan. Bisa timbul bisul-bisul kecil utamanya di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan gatal atau rasa panas. Sementara di sekitar anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal. Gejala seperti umumnya dialami bayi-bayi yang mengenakan diaper. Selain lembab, minimnya kebersihan pospak jika tidak segera diganti dengan yang baru.
Infeksi vagina (vulvovaginitis)
Sering ditemukan pada wanita hamil, pengidap diabetes, atau pemakai antibiotika. Gejalanya dengan keluarnya lendir yang berbentuk kepala susu dari vagina dan berbau yang disertai dengan rasa panas, gatal dan kemerahan disepanjang dinding dan daerah luar vagina. Gejala lainnya; nyeri di vagina, rasa terbakar pada vulva (bagian luar vagina), serta nyeri saat berkemih. Tapi tak menutup kemungkinan, anak-anak perempuan bisa mengalaminya akibat kurang memerhatikan faktor kebersihan termasuk air yang digunakan saat menggunakan toliet umum. [okezone]
0 comments:
Post a Comment