Tips Kesehatan, Pangandaran - Disfungsi Ereksi (DE), merupakan momok menakutkan bagi kaum adam. Saat pria mengalami salah satu gangguan seksual ini, maka akan memengaruhi hasrat seksual.
DE merupakan keadaan di mana seorang pria tidak mampu mencapai ereksi yang baik atau tidak mampu memulai dan mempertahankan ereksi. Ketika pria terangsang, maka Mr P bisa ereksi, namun ereksi tersebut bisa hilang dengan tiba-tiba. Kondisi itulah yang disebut disfungsi ereksi.
Berdasar penelitian Asia Pasific Sexual Health and Overall Welness (Apshow), ternyata sebanyak 57 persen pria dan 64 persen wanita tidak terpuaskan hasrat seksualnya. Padahal, kenikmatan seksual ini sangat berpengaruh dengan tingkat pencapaian berbagai aspek kehidupan yang lain.
Apshow melakukan survei ini di 13 negara kawasan Asia Pasifik. Di Indonesia terdapat 328 pria dan 250 orang yang menjadi respondennya.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan seksual tergantung tingkat kekerasan ereksi.
"Ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang memadai untuk melakukan hubungan seksual disebut disfungsi ereksi," kata Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Jumat (16/10/2009).
Di Indonesia, lanjut Wimpie, sekitar 10-15 persen yang mengalami permasalahan disfungsi ereksi. Tapi, hanya sedikit sekali kasus DE yang terungkap dan mendapat penanganan medis.
Hanya sekitar 13 persen penderita yang sudah tanggap dengan informasi dan mau mencari pengobatan yang benar. Sedangkan sisanya kebanyakan malah menutup diri dan merasa malu mahal menganggapnya malah bukan penyakit.
Terkait dengan temuan ini, maka tak mengherankan jika banyak beredar obat-obat yang dipromosikan bisa membuat hubungan seksual lebih memuaskan. Masih ditambah lagi banyak informasi yang berasal dari bukan ahlinya. Sehingga solusi yang diberikan pun tidak sesuai dengan masalah yang ada.
"Isinya biasanya bukan herbal murni. Obat yang benar adalah berdasar resep dokter. Kalau dijual bebas itu berbahaya dan berisiko," imbuhnya.
Untuk menangani DE, dr Andini dari PT Pfizer Indonesia menegaskan, bahwa tidak bisa dilakukan sendiri.
"Kita harus tahu dulu kondisi kesehatan diri sendiri. Penyakit apa saja yang diderita juga berpengaruh pada cara penanganannya," ujar dr Andini. [okezone]
DE merupakan keadaan di mana seorang pria tidak mampu mencapai ereksi yang baik atau tidak mampu memulai dan mempertahankan ereksi. Ketika pria terangsang, maka Mr P bisa ereksi, namun ereksi tersebut bisa hilang dengan tiba-tiba. Kondisi itulah yang disebut disfungsi ereksi.
Berdasar penelitian Asia Pasific Sexual Health and Overall Welness (Apshow), ternyata sebanyak 57 persen pria dan 64 persen wanita tidak terpuaskan hasrat seksualnya. Padahal, kenikmatan seksual ini sangat berpengaruh dengan tingkat pencapaian berbagai aspek kehidupan yang lain.
Apshow melakukan survei ini di 13 negara kawasan Asia Pasifik. Di Indonesia terdapat 328 pria dan 250 orang yang menjadi respondennya.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan seksual tergantung tingkat kekerasan ereksi.
"Ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang memadai untuk melakukan hubungan seksual disebut disfungsi ereksi," kata Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Jumat (16/10/2009).
Di Indonesia, lanjut Wimpie, sekitar 10-15 persen yang mengalami permasalahan disfungsi ereksi. Tapi, hanya sedikit sekali kasus DE yang terungkap dan mendapat penanganan medis.
Hanya sekitar 13 persen penderita yang sudah tanggap dengan informasi dan mau mencari pengobatan yang benar. Sedangkan sisanya kebanyakan malah menutup diri dan merasa malu mahal menganggapnya malah bukan penyakit.
Terkait dengan temuan ini, maka tak mengherankan jika banyak beredar obat-obat yang dipromosikan bisa membuat hubungan seksual lebih memuaskan. Masih ditambah lagi banyak informasi yang berasal dari bukan ahlinya. Sehingga solusi yang diberikan pun tidak sesuai dengan masalah yang ada.
"Isinya biasanya bukan herbal murni. Obat yang benar adalah berdasar resep dokter. Kalau dijual bebas itu berbahaya dan berisiko," imbuhnya.
Untuk menangani DE, dr Andini dari PT Pfizer Indonesia menegaskan, bahwa tidak bisa dilakukan sendiri.
"Kita harus tahu dulu kondisi kesehatan diri sendiri. Penyakit apa saja yang diderita juga berpengaruh pada cara penanganannya," ujar dr Andini. [okezone]
0 comments:
Post a Comment