Tips Kesehatan, Jakarta - Terlepas dari kualitas daging sapi tanah air yang patut dipertanyakan dan harganya yang selangit, terdapat faktor lain yang menjadikan konsumsi daging anak-anak Indonesia begitu minim. Salah satunya, sebagian besar anak cenderung berpikir daging sapi sulit dikunyah. Disisi lain, orang tua cenderung berpikir memasak daging membutuhkan waktu lama dan merepotkan.
Berdasarkan data LPPM Institut Pertanian Bogor tahun 2008 mencatat Rataan tingkat daging rakyat Indonesia sebesar 7,1 kg per kapita per tahun. Tingkat konsumsi ini masih jauh berada di bawah tingkat konsumsi daging untuk Malaysia dan Thailand, yaitu sebesar 46,87 kg dan 24,96 kg per kapita per tahun.
Data lain dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian tahun 2007 mencatat rata-rata mengkonsumsi daging sapi segar penduduk Indonesia hanya sekitar 0.53 kg/tahun/perkapita. sangat rendah ketimbang standar konsumsi daging yang dicanangkan Badan pangan Dunia (FAO) tahun 2008 yakni 33 kg/tahun/kapita.
Ketua Badan Konsultasi Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Sarah Fauzia S Puspita mengungkapkan, makan daging sapi membuat tubuh mendapat pemenuhan protein lebih baik, karena dalam daging sapi terdapat lima nutrisi penting. Salah satunya, unsur zat besi yang berfungsi mengangkut oksigen ke otak.
"Khusus anak yang kekurangan zat besi akan berujung pada menurunnya kecerdasan intelektual dan emosi. Kurangnya asupan zat besi sebagai salah satu mikro nutrisi yang sangat penting misalnya, dapat menyebabkan suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin,atau dikenal sebagai anemia," tukasnya disela acara "Lets beef Up Your Kids Growth With Australian Beef Meat," yang bertugas di Meat & Livestock Australia (MLA) di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, penyakit anemia nantinya berdampak negatif pada anak seperti misal adanya gangguan prilaku, kemampuan memecahkan masalah rendah, mengalami gangguan konsentrasi, daya ingat rendah dan tingkat IQ yang lebih rendah.
"Yang lebih penting disini, akibat anemia menyebabkan penurunan pretasi belajar dan kemampuan fisik anak menurun drastis," imbuhnya.
Untuk mengatasi hal itu, Sarah mengungkapkan, mengkonsumsi 122 gram daging sapi sudah tepat memenuhi asupan harian yang dianjurkan untuk zat besi dimana untuk mendapatkan manfaatnya sebanding dengan mengkonsumsi ikan 7.8 kilogram.
"Nutrisi ini harus diketahui oleh ibu sebagai penjaga gawang nutrisi keluarga. Dengan mengetahui nutrisi yang terdapat pada daging sapi, anak-anak Indonesia bebas dari kekurangan gizi, ungkap Sarah.
Ia pun menyarankan, usai mengetahui kandungan nutrisi daging sapi, sebaiknya para ibu memilih daging sapi tanpa lemak. Setelah mengetahui jenis daging sapi yang baik, para ibu harus mengetahui pula cara baik mengolah daging sapi agar disukai oleh seluruh anggota keluarga.
Biasanya keluarga di Indonesia mengolah daging dengan cara disemur, rendang, empal atau gulai. Untuk mencegah rasa jenuh, diperlukan variasi cara memasak daging. [republika]
Berdasarkan data LPPM Institut Pertanian Bogor tahun 2008 mencatat Rataan tingkat daging rakyat Indonesia sebesar 7,1 kg per kapita per tahun. Tingkat konsumsi ini masih jauh berada di bawah tingkat konsumsi daging untuk Malaysia dan Thailand, yaitu sebesar 46,87 kg dan 24,96 kg per kapita per tahun.
Data lain dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian tahun 2007 mencatat rata-rata mengkonsumsi daging sapi segar penduduk Indonesia hanya sekitar 0.53 kg/tahun/perkapita. sangat rendah ketimbang standar konsumsi daging yang dicanangkan Badan pangan Dunia (FAO) tahun 2008 yakni 33 kg/tahun/kapita.
Ketua Badan Konsultasi Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Sarah Fauzia S Puspita mengungkapkan, makan daging sapi membuat tubuh mendapat pemenuhan protein lebih baik, karena dalam daging sapi terdapat lima nutrisi penting. Salah satunya, unsur zat besi yang berfungsi mengangkut oksigen ke otak.
"Khusus anak yang kekurangan zat besi akan berujung pada menurunnya kecerdasan intelektual dan emosi. Kurangnya asupan zat besi sebagai salah satu mikro nutrisi yang sangat penting misalnya, dapat menyebabkan suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin,atau dikenal sebagai anemia," tukasnya disela acara "Lets beef Up Your Kids Growth With Australian Beef Meat," yang bertugas di Meat & Livestock Australia (MLA) di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, penyakit anemia nantinya berdampak negatif pada anak seperti misal adanya gangguan prilaku, kemampuan memecahkan masalah rendah, mengalami gangguan konsentrasi, daya ingat rendah dan tingkat IQ yang lebih rendah.
"Yang lebih penting disini, akibat anemia menyebabkan penurunan pretasi belajar dan kemampuan fisik anak menurun drastis," imbuhnya.
Untuk mengatasi hal itu, Sarah mengungkapkan, mengkonsumsi 122 gram daging sapi sudah tepat memenuhi asupan harian yang dianjurkan untuk zat besi dimana untuk mendapatkan manfaatnya sebanding dengan mengkonsumsi ikan 7.8 kilogram.
"Nutrisi ini harus diketahui oleh ibu sebagai penjaga gawang nutrisi keluarga. Dengan mengetahui nutrisi yang terdapat pada daging sapi, anak-anak Indonesia bebas dari kekurangan gizi, ungkap Sarah.
Ia pun menyarankan, usai mengetahui kandungan nutrisi daging sapi, sebaiknya para ibu memilih daging sapi tanpa lemak. Setelah mengetahui jenis daging sapi yang baik, para ibu harus mengetahui pula cara baik mengolah daging sapi agar disukai oleh seluruh anggota keluarga.
Biasanya keluarga di Indonesia mengolah daging dengan cara disemur, rendang, empal atau gulai. Untuk mencegah rasa jenuh, diperlukan variasi cara memasak daging. [republika]
0 comments:
Post a Comment